Kategori
- ANDROID (1)
- ANTIVIRUS (4)
- BLACKBERRY (1)
- Cerita Silat (70)
- COMPRESSION TOOLS (3)
- CPNS 2013 (22)
- Debuggers/Decompilers/Disassemblers (1)
- FREE SOFTWARE (14)
- Games (5)
- MOBILES SOFTWARE (1)
- Nokia (1)
- OFFICE SUITES (1)
- Pendekar Pemanah Rajawali Sakti (3)
- SCREENSAVERS (5)
- SE CHIE WU CIAT – KISAH LIMA JAGO LUAR BIASA DUNIA PERSILATAN (61)
- SOAL-SOAL (19)
- WINDOWS THEMES (3)
- WINDOWS WIDGETS (5)
Blog Archive
-
▼
2013
(121)
-
▼
June
(121)
- Nokia Asha 308 Tastes Software Update 8.13
- BlackBerry 10.2 SDK OS Support untuk Android 4.2.2...
- Crystal Security 2.4.5.31 / 3.0.0.59 Beta
- AVANSI Antivirus 2013 4.03.0013
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 61 == TAMAT == )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 60 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 59 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 58 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 57 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 56 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 55 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 54 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 53 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 52 : JILID 18 )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 51 KEDATANGAN ANG CIT...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 50 TOK CUN HOA SI ORA...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 49 PERTARUNGAN DUA JA...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 48 ORANG BERMUKA BURUK )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 47 ANG BIAN SI ORANG ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 46 KELICIKAN AUWYANG ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 45 RENCANA AUWYANG HO...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 44 DITOLONG SI ORANG ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 43 TIPU DAYA AUW YANG...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 42 PERTARUNGAN MELAWA...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 41 PEMUDA BERBAJU KUN...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 40 LIE SIU MEI SI GAD...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 39 SI WAJAH EMPAT ARW...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 38 ONG TIONG YANG )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 37 TIGA DEWA DARI GUN...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 36 KISAH CIE THIO SI ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 35 OEY YOK SU DI JADI...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 34 RENCANA MEMBASMI ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 33 TOAN HONGYA TERCUL...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 32 DI TOLONG SIAN HO ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 31 AKSI SI NENEK PENG...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 30 TOAN HONGYA LENYAP...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 29 SI NENEK CANTIK )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 28 MENJALIN SEBUAH PE...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 27 MENGHAJAR PENCOPET )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 26 ILMU PUKULAN GELED...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 25 ULAR PUALAM EMAS =...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 24 HEK WAN SI PENAMBA...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 23 MAHLUK DALAM KOLAM...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 22 LAM SIANG CIN JIN )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 21 TOAN HONGYA MENCAR...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 20 TOAN HONGYA KAISAR...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 19 ILMU ARWAH DINGIN ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 18 MENINGGALKAN PULAU...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 17 BERUSAHA MELARIKAN...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 16 MENOLAK DIJADIKAN ...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 15 MENGADU ILMU )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 14 SIAN HO SI DEWI AP...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 13 LU LIANG CWAN PENG...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 12 TERDAMPAR DI PULAU...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 11 OEY YOK SU MENINGG...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 10 PESAN TERAKHIR SAN...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 09 SAM TONG SINKANG =...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 08 PANGCU KAY PANG MU...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 07 SAHABAT ATAU MUSUH...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 06 TANG CUN LIANG TOC...
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 05 OEY YOK SU )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 04 AUW YANG HONG )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 03 HA-MO-KANG )
- 5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 02 ANG CIT KONG )
- 5 Jagoan Luar Biasa (BAGIAN 01 ANG-TOA)
- SpongeBob SquarePants
- Ambidextrous 3
- Lake Of Roaches 1.0: Free Download
- Platomatic 1.1 Alpha
- OpenTTD 1.3.1 / Nightly r25393
- Pendekar Pemanah Rajawali Sakti 1 (Bagian Tiga)
- Pendekar Pemanah Rajawali Sakti 1 (Bagian dua)
- Pendekar Pemanah Rajawali Sakti 1 (Bagian pertama)
- Wong Fei-hung
- 7 pendekar Coan Cin (Quan Zhen)
- Ong Tiong Yang (Wang ChongYang) pendiri aliran Coa...
- Bodhi Dharma (biksu DaMo/Tat Mo Cou Su)]
- 7 Pendekar Antagonis Terkuat Dunia Persilatan vers...
- Oey Yok Su
- Latihan Soal CPNS Wartegg Test
- Latihan Soal CPNS Persamaan Kata
- Latihan Soal CPNS Reading
- Latihan Soal CPNS Tes Padanan Hubungan
- Latihan Soal CPNS Test Menggambar
- Latihan Soal CPNS Tes Logika Formil
- Latihan Soal CPNS Tes koran
- Latihan Soal CPNS Bakat Skolastik
- Latihan Soal CPNS Arismetik
- Latihan Soal CPNS Lawan Kata
- Latihan Soal CPNS PemKab
- Latihan Soal CPNS Psikotes 1
- Latihan Soal CPNS Psikotes 2
- Latihan Soal CPNS Psikotes 3
- Kumpulan Latihan Soal CPNS 2
- Kumpulan Latihan Soal CPNS 1
- Latihan soal CPNS Sejarah Nasional Indonesia
- Latihan Soal CPNS Bahasa Inggris
- Latihan Soal CPNS Bahasa Indonesia
- 60.000 Lowongan PNS mulai Agustus 2013
- Passing Grade Tetap Diberlakukan dalam Rekrutmen C...
-
▼
June
(121)
Powered by Blogger.
Wednesday, June 12, 2013
10:19 PM | Posted by
walkeduwal |
Edit Post
CEPAT sekali Toan Hongya tiba didepan orang buruannya,
segera ia melihat orang tersebut berpakaian seperti seorang tosu, yang usianya
mungkin telah meacapai enam puluh tahun. Wajahnya angker dan gagah, ditangannya
memegang hudtim, yang gagangnya berkilauan tertimpah sinar rembulan, rupanya
gagang hudtim itu terbuat dari emas !
Toan Hongya jadi terkejut.
Tosu inilah yang tengah dicarinya.
Cepat-cepat Toan Hongya menjura memberi hormat, sambil
katanya : „Maafkan cin jin…… siapakah cin jin sebenarnya…….!”.
Sedangkan tosu itu ketika melihat Toan Hongya, telah
tersenyum ramah.
„Aku mengetahui bahwa engkau selama beberapa hari
mencari-cari diriku, siapakah engkau sebenarnya wahai anak muda ?” balik tanya
tosu itu.
Melihat wajah yang angker dan gagah seperti itu, Toan Hongya
tahu bahwa tosu itu adalah seorang akhli silat yang tinggi ilmunya. la tidak
berani bersikap lancang dan sembarangan.
Dengan sikap yang sopan dan ramah, dia telah menyahuti :
„Sebenarnya boanpwe she Toan dan bernama Ceng”, ia menjelaskan. „Dan bolehkah
boanpwe mengetahui siapakah gelaran totiang yang mulia ?”
Tojin itu berdiam diri sejenak, ia telah mengawasi Toan Ceng
beberapa saat lamanya, sampai akhirnya ia bilang juga : „Anak muda, engkau
memiliki tubuh yang gagah dan tampaknya engkau juga seorang pemuda yang
cerdas……!”
Toan Ceng cepat-cepat menjura merendahkan diri, ia
mengatakan bahwa pendeta itu terlalu memujinya.
Tetapi tosu itu telah berkata lagi : „Aku bukan memujimu,
selama beberapa hari secara diam-diam justru aku telah menguntit dirimu,
sehingga aku mengetahui bahwa engkau tengah mencari jejakku. Selama itu aku
telah melihat engkau seorang pemuda yang memiliki bakat sangat, baik sekali
mempelajari ilmu silat……..asalkan engkau memiliki petun uk yang benar dan
baik……..!”
Toan Ceng sendiri jadi malu mendengar perkataan tosu itu,
karena selama beberapa hari ia mencari jejak tosu tersebut, tetapi siapa tahu
justru tosu itu selama itupun telah menguntitnya tanpa dia sendiri
mengetahuinya. Hal ini membuktikan bahwa kepandaian losu tersebut memang
tinggi. Maka Toan Hongya jadi semakin menghormatinya.
Sedangkan tosu itu telah bertanya lagi dengan suara yang
sabar : „Sesungguhnya apa maksudmu hendak mencariku ?”
Toan Hongya segera memberi hormat sambil katanya :
„Sesungguhnya boanpwe hendak berguru kepada orang yang memiliki kepandaian
tinggi……, maka ketika mendengar bahwa totiang memiliki kepandaian yang tinggi,
boanpwe bermaksud akan berguru pada totiang…….!”
Muka tojin itu jadi berobah, „Bagaimana engkau mengetahui
bahwa aku memiliki kepandaian silat ?” tanyanya sambil memandang dengan mata
menyelidiki.
Toan Hongya menyahuti : „Beberapa hari yang lalu bukankah
totiang telah menghajar kucar-kacir para buaya darat dikota tersebut, dimana
totiang telah memperlihatkan, kepandaian yang sangat mengagumkan sekali, yang
tidak mungkin dimiliki oleh sembarangan orang……!”
Tojin itu tersenyum lagi, iapun telah berkata.
„Hemm……., persoalan berkelahi tidak bisa diambil sebagai
patokan untuk menilai ilmu silat seseorang, bukankah buaya darat itu hanya
mengandalkan tenaga mereka yang kuat dan tidak memiliki kepandaian
apa-apa…….maka dengan mudah dan kebetulan sekali aku bisa merubuhkan mereka.
Tetapi jika seandainya mereka memiliki kepandaian, tentu aku tidak akan berdaya
menghadapi mereka……..!”
Mendengar sampai disitu, Toan Hongya tahu bahwa tosu ini
ingin mengelakkan diri.
Cepat-cepat Toan Hongya telah berkata : „Begini totiang,
sebetulnya aku ingin sekali mencari seorang guru yang bisa mendidikku ilmu
silat yang, tinggi, sejak kecil aku telah tertarik untuk mempelajari ilmu
silat, aku gemar sekali mempelajari ilmu silat… sayangnya sejauh ini aku belum
pernah memperoleh seorang guru yang baik…….maka aku memiliki kepandaian yang
tidak berarti apa-apa…….! Jika memang totiang tidak keberatan, aku ingin
mengundang totiang untuk menjadi guruku…..
Mendengar perkataan Toan Hongya, tosu itu telah tertawa
bergelak-gelak.
„Ha…ha…ha…., engkau ini lucu !” katanya.
„Kita baru saja bertemu, bagaimana engkau begitu yakin bahwa
aku memiliki kepandaian yang tinggi dan ingin mengangkat aku menjadi gurumu ?”
Tetapi Toan Hongya telah yakin dengan pendiriannya, maka ia
berkata Iagi : „Walaupun totiang mengatakan apa saja, tetap aku bertekad untuk
berguru pada totiang, aku yakin bahwa totiang memiliki kepandaian yang
tinggi………!”.
„Hemm…….”, tertawa pendeta itu sambil mengawasi tajam pada
Toan Ceng.
„Rupanya engkau benar-benar gemar sekali mempelajari ilmu
silat…..
Tetapi mengapa engkau tidak berusaha untuk merantau saja
kedaratan Tionggoan, bukankah disana banyak sekali akhli-akhli silat yang
memiliki kepandaian tinggi, yang bisa kau Angkat menjadi gurumu ?”
Mendengar perkataan tojin itu, muka Toan Hongya jadi berobah
muram.
„Aku memiliki sedikit kesulitan, totiang……..” katanya
kemudian.
„Kesulitan apa ?”
„Sulit untuk aku jelaskan…!”.
„Jika engkau tidak terbuka. dalam persoalgnmu, bagaimana
mungkin ada orang yang bersedia menjadi gurumu ?” tanya pendeta itu.
„Kesulitanku itu benar-benar sulit dijelaskan totiang.
Tetapi yang pasti, aku ingin sekali mempelajari ilmu silat
sebaik mungkin, maka jika memang totiang tidak mentertawakan aku, ingin sekali
aku mengundang totiang menjadi guruku…!”
Tojin itu berdiam diri sejenak, kemudian dia baru berkata
setelah lewat beberapa saat lamanya : „Baiklah, siapa namamu ?”.
„Seperti tadi telah kukatakan, aku she Toan dan bernama
Ceng..,!”
„Apakah itu bukan nama samaran ?” tanya tojin itu lagi.
„Nama samaran ?” tanya Toan Hongya agak heran dan tidak
mengerti.
Tojin itu telah mengangguk.
„Ya, setahuku, bahwa marga she Toan itu adalah marga
keturunan raja-raja Tailie….., apakah engkau benar-benar she Toan dan memiliki
hubungan kekeluargaan dengan keluarga raja Tailie…?”
Mendengar pertanyaan tojin itu, Toan Hongya jadi terkejut
juga.
Rupanya tojin ini memang memiliki pengetahuan yang luas,
maka sampai ke-soal she dia mengetahui dengan jelas.
Tetapi waktu itu Toan Hongya tidak bisa berdiam diri terlalu
lama, ia telah mengangguk: „Benar, justru memang aku berasal dari kalangan
istana Tailie….”
Mendengar, perkataan Toan Hongya yang terakhir, muka tosu
itu jadi berobah.
„Engkau masih ada hubungan dengan orang istana negeri Tailie
ini ?” tanyanya.
Toan Hongya mengaogguk.
„Benar”, sahutnya. „Apakah ada sesuatu yang tidak beres
totiang…?”:
Muka pendeta itu semakin tidak enak dipandang, tampaknya ia
tengah memikirkan sesuatu, sampai akhirnya ia baru menyahutinya : „Tahukah
engkau, kedatanganku dari Tionggoan yang jaraknya begitu jauh, merupakan tujuan
yang utama untuk mencari beberapa orang she Toan…! “.
„Siapa totiang…?” tanya Tuan Hongya terkejut..
„Hemm……..”, justru aku tidak bisa menyebutkannya, sebab
akupun memiliki kesulitan untuk menjelaskannya…!” menyahuti pendeta itu.
Sedangkan Toan Hongya telah berkata dengan suara yang pasti
: „Jika memang totiang memiliki kesulitan, mungkin aku bisa membantu ?”
pertanyaan itu merupakan tawaran jasa baik untuk sitosu.
Tetapi tosu itu telah menggelengkan kepalanya.
„Engkau tidak mungkin bisa menolongku… ini menyangkut urusan
penasaran…!”
Muka Toan Hongya jadi berobah.
„Urusan penasaran ?” tanyanya. Tosu itu mengangguk.
„Benar”, sahutnya.
„Urusan ini adalah urusan penasaran, maka tanpa
memperdulikan perjalanan yang jauh dari daratan Tionggoan, aku telah datang
kemari…!”
Waktu berkata begitu, nada suara sitosu terdengar tidak,
begitu menyenangkan, tampaknya ia mulai tidak menyukai Toan Hongya setelah
mengetahui bahwa Toan Hongya adalah orang she Toan dari pihak kerajaan Tailie
ini.
Toan Hongya sendiri jadi diliputi tanda tanya.
Dilihat dari sikapnya seperti juga tosu itu tengah
mengerjakan sesuatu.
Tetapi yang pasti tentu saja bukan urusan yang
menggembirakan.
Sedangkan tosu itu setelah berpikir sejenak, ia berkata lagi
: „Apa kedudukanmu didalam istana Tailie ?”.
Toan Hongya ragu-ragu sejenak, kemudian ia baru menjahuti
pertanyaan tosu itu : „Sesungguhnya……,aku Toan Hongya, kaisar dikerajaan
ini……!”.
„Apa ?” tanya tosu itu terkejut, ia sampai mementang kedua
matanya lebar-lebar.
„Engkau yang dipermuliakan dikerajaan ini?”
Toan Hongya mengangguk.
„Benar…!”
Tetapi tosu itu seperti kurang mempercayainya.
„Usiamu masih demikian muda…!” katanya.
„Ya, aku baru beberapa tahun naik takhta…!” sahut Toan
Hongya.
„Maka jika totiang tidak keberatan, justru aku hendak
mengundang totiang untuk singgah diistana…!”.
Pendeta itu jadi tidak bisa berkata-kata lagi, ia tampaknya
ragu-ragu.
Tetapi kemudian ia telah merangkapkan tangannya memberi
hormat.
„Tidak kusangka bahwa Pinto memiliki rejeki yang besar,
sehingga bisa bertemu muka dengan junjungan dinegeri Tailie ini…!”.
„Sebetulnya totiang memiliki kesulitan apakah……. tampaknya
totiang kurang begitu tenang. Dan juga orang she Toan mana yang telah
mempersulit totiang…?” tanya Toan Hongya pula. „Mungkin aku bisa membantu
totiang menyelesaikan urusan ini ?”.
Tvsu itu meflghela napas, sambil katanya: „Sesungguhnya
urusan ini merupakan urusan yang telah lebih dua puluh tahun yang lalu… mungkin
waktu itu engkau belum dilahirkan…”.
„Jadi waktu itu ayahku yang berkuasa, karena selama empat
puluh dua tahun ayah duduk disinggasana…!” kata Toan Ceng.
Tosu itu mengangguk.
„Ya, memang waktu itu ayahmu, Toan Bun Liang, bukankah
begitu namanya ?” tanya tosu itu.
Toan Ceng mengangguk.
„Benar memang itulah nama ayahku…!” menyahuti Toan Hongya.
„Dan justru baru beberapa tahun ini aku menduduki singgasana
setelah ayah wafat…!”
„Usiamu masib terlalu muda”, kata tosu itu.
„Tetapi justru sekarang engkau telah menjadi orang yang
paling mulia dinegeri ini…!”.
Toan Ceng segera mengeluarkan kata-kata merendah, dan dia
telah bilang lagi : „Jika memang totiang memiliki kesulitan dengan orang-orang
kami, katakan saja, siapa orang-orang itu, mungkin aku bisa menolongnya…!”.
Tosu itu kembali menghela napas. Sampai akhirnya dia berkata
juga :
„Aku datang kedaratan Tailie ini karena ingin mencari jejak
isteriku…l” akhirnya ia memberitahukan juga.
„Mencari isteri totiang…?” tanya Toan Hongya agak heran.
Pendeta itu rupanya mengetahui perasaan heran Toan Ceng, ia
telah mengangguk.
„Ya… justru dua tahun yang lalu aku belum mensucikan diri,
aku belum jadi seorang tojin…!” mengangguk pendeta itu.
„Hemm…….”, siapakah nama isteri totiang ?” tanya Toan Hongya
lagi.
Sipendeta tampak ragu-ragu, tetapi kemudian dia telah
menyahutinya : „Dia she Bian dan bernama Khuang Lie. Dua puluh tahun yang lalu
telah dilarikan ke Tailie…!”
„Oh…….. !”
„Dan orang-orang yang melarikan isteriku itu dua orang she
Toan, masing-masing bernama Toan Liang dan Toan Bun. Mereka merupakan dua orang
terdekat dari Kaisar Tailie saat itu…”
„Ohh……., mereka berdua itu adalah pamanku…!” kata Toan
Hongya.
„Justru itu, engkau tidak mungkin bisa membantuku, malah
engkau akan ikut memusuhiku. Tetapi biarlah, terlanjur aku telah
menceritakannya, aku akan mengatakannya semua” kata tosu itu.
Sedangkan Toan Ceng jadi sangat tertarik, dia telah
menawarkan : „Bagaimana jika kita bercakap-cakap didalam kamarku saja,
totiang…..bukankah lebih tenang dan tidak perlu diterpa oleh angin malam ?”.
Pendeta itu rupanya menyetujuinya, ia hanya mengangguk.
Keduanya melompat turun dan masuk kedalam kamar Toan Ceng
lewat jendela kamar.
Sedangkan Toan Ceng telah menyediakan secawan teh kepada
pendeta itu
PENDETA tersebut mengawasi Toan Ceng beberapa saat lamanya,
akhirnya ia- bilang juga : „Jika dilihat dari gerak-gerikmu, engkau,tentunya
seorang Kaisar yang baik budi……sekarangpun yang mengherankan justru engkau
berpakaian seperti rakyat biasa, tanpa pengawal dan hanya berseorang diri saja…….!
Yang mengherankan aku, sebagai seorang Kaisar, engkau bisa berkeliaran mencari
jejakku……..”
Toan Ceng tertawa.
„Sesungguhnya memang telah sering aku keluar dari istana
dengan penyamaran seperti ini, hanya untuk mengetahui lebih-dekat dan lebih
jelas kehidupan rakyatku…!”.
„Engkau seorang raja yang baik…!”
„Tidak bisa aku mempercayai sepenuhnya begitu saja
laporan-laporan yang masuk, karena umumnya manusia ingin menang sendiri, begitu
pula dengan orang-orangku, terlebih lagi mereka memiliki kekuasaan, dengan
sendirinya mereka akan membela kebenaran mereka sendiri, jika hal itu
berhubungan langsung dengan persoalan pribadi mereka. Sedangkan urusan yang
muncul antara rakyat negeri dengan para pembesar negeri, dimana mereka saling
bentrok, bukanlah sedikit. Dengan cara menyamar seperti ini, aku jadi bisa
melihat lebih jelas apa yang terjadi…!”
Setelah berkata begitu, Toan Ceng juga menjelaskan, bahwa ia
telah cukup lama memerintahkan orang-orangnya untuk mencari orang pandai,
karena Toan Hongya mengakui dirinya tertarik sekali untuk mempelajari ilmu
silat yang tinggi, selain memang menggemarinya, juga ia sangat senang untuk
melatih ilmu silat.
„Jika dilihat dari gerak-gerikmu dan juga sinar matamu,
sekarang ini engkau telah memiiiki kepandaian yang tidak rendah…!” kata tojin
itu.
Toan Hongya segera mengakuinya bahwa ia memang telah cukup
banyak mempelajari ilmu silat, tetapi sejauh itu belum berhasil memperoleh guru
yang baik, yang bisa mewarisi kepandaiannya ilmu yang tinggi.
„Sabarlah, kelak juga engkau akan memperoleh guru yang baik,
terutama adalah keuletanmu untuk berlatih…! kata pendeta tersebut.
„Dan, bolehkah aku mengetahui gelaran totiang yang mulia ?”
tanya Toan Hongya lagi.
Karena berhadapan dengan Kaisar, junjungan dari negeri
Tailie, maka pendeta itu tidak berani bersikap sembarangan.
„Pinto bergelar Lam Siang Cinjin…!” dia menjelaskan.
„Dan persoalan isteri totiang itu bagaimana urusannya ?”
tanya Toan Hongya lagi, tampaknya Kaisar dari negeri Tailie tertarik sekali
ingin mengetahui kesulitan pendeta itu.
Lam Siang Cinjin telah menghela napas dan berkata dengan
suara yang perlahan dan muka yang muram : „Sesungguhnya dua puluh tahun yang
lalu Pinto tidak menjadi seorang pendeta, pinto merupakan seorang rimba
persilataan.
Tetapi sayang, waktu terjadi peperangan Tailie dengan
kerajaan di Tionggoan, dua orang panglimanya telah merampas isteri pinto. Waktu
itu kepandaian pinto belum tinggi, tidak berdaya melindungi isteri pinto,
sehingga isteri pinto itu telah dilarikan oleh kedua panglima Tailie itu……..
pinto hanya mengetahui nama mereka, maka sekarang disaat pinto telah melatih
diri dengan giat, pinto bermaksud untuk mencari isteri pinto, bukan untuk
berumah tangga, tetapi untuk membalas dendam saja kepada kedua panglima Toan
itu, untuk melampiaskan sakit hati pinto ……sekarang pinto telah mensucikan diri
dan tidak mungkin kembali hidup bersama isteri pinto, hanya jika memang pinto
berhasil, tentu akan dapat mengembalikan isteri pinto itu kedaratan Tionggoan,
bukan hanya tawanan di Tailie ini.
Mendengar sampai disitu, Toan Hongya ikut berduka.
„Baiklah totiang, besok kita keistana dan kita tanyakan
persoalan itu kepada kedua pamanku, semoga saja mereka bisa diberi pengertian
dan isteri totiang bisa dikembalikan.
Inipun belum lagi diketahui, entah,masih hidup atau telah
meninggal isteri totiang itu…! Tetapi totiang percayalah, aku akan bertindak
dengan seadil-adilnya, aku tidak akan memberatkan totiang…”
Tosu itu mengucapkan terima kasihnya, ia mau mempercayai
perkataan Toan Hongya. Bahkan ia telah berkata : „Jika memang Toan Hongya
bersedia untuk menegakkan keadilan, tentu penasaranku itu akan lenyap…!”
„Nah totiang, sekarang aku ingin menanyakan sesuatu kepada
totiang, entah totiang mau atau tidak menerima tawaran yang merupakan
undanganku untuk totiang tinggal diistanaku menjadi guru pribadi dalam urusan
ilmu silat ?” tanya Toan Hongya.
Lam Siang Cinjin berdiam diri sejenak, tampaknya dia
ragu-ragu, tetapi akhirnya ia menyahuti juga : „Jika dilihat dari keadaan Toan
Hongte, memang Hongte memiliki bakat dan kecerdasan yang baik mempela jari ilmu
silat. Tetapi sayangnya pinto justru tidak berbakat untuk men jadi guru. Maka
jika meniang Hongte ingin mempelajari ilmu silat yang balk dari guru yang
pandai, nanti pinto akan menunjukkan orangnya…!”.
„Tetapi totiang tentu tidak keberatan untuk berdiam satu
atau dua bulan diistanaku, untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepadaku, bukan
?”
Tosu itu akhirnya mengangguk.
Begitulah, Toan Hongya telah mengajak tosu itu kembali
keistananya.
Keesokan paginya, Toan Hongya segera membuka sidang dan
memanggil kedua pamannya, yaitu Toan Liang dan Toan Bun.
Kedua orang itu merupakan jenderal angkatan perang dalam
kerajaan Tailie dan merupakan dua orang kuat dikerajaan tersebut. Dan sebagai
dua orang yang memiliki kekuasaan besar, apa lagi memang merupakan dua orang
yang masih memiliki hubungan yang intim dengan raja Tailie tersebut, membuat
semua orang menaruh hormat dan segan padanya.
Tetapi ketika persidangan itu dibuka dan Toan Hongya dengan
suara tegas menanyakan perihal urusan yang terjadi pada diri Lam Siang Cinjin,
muka kedua orang itu jadi merah padam.
Mereka berusaha menyangkalnya.
Toan Hongya kemudian perintahkan Lam Siang Cin jin diundang
keluar.
Setelah Lam Siang Cin jin muncul, kedua orang itu, Toan Bun
dan Toan Liang, tidak bisa menyangkal lagi. Malah mereka mengakui babwa isteri
dari Lam Siang Cin jin telah diambil oleh Toan Liang untuk diperisterinya.
Mendengar itu, Lam Siang Cin jin meminta isteri Toan Liang
dimajukan juga dalam sidang.
Dan ketika nyonya pembesar negeri tersebut tampil dimuka
sidang, yang sebelumnya, adalah isteri Lam Siang Cinjin, ia telah mengenali
bekas suaminya, walaupun kini Lam Siang Cinjin telah berjenggot dan berkumis
panjang.
Waktu Toan Hongya menanyakan pada nyonya Toan Liang, apakah
selama men jadi isteri Toan Liang ia merasa bahagia, yaitu tanpa dipaksa dan
memperoleh tekanan dari Toan Liang.
Nyonya Toan Liang menyatakan bahwa semuanya telah terjadi
dan itu merupakan catatan nasibnya, maka ia menganggap urusan telah habis dan
Toan Liang sebagai suaminya yang cukup dicintainya.
Lam Siang Cinjin menghela napas.
lapun kini telah menjadi pendeta dan mensucikan diri.
Jika tokh sekarang dia datang ke Tailie, karena ia menduga
bahwa isterinya berada dalam tekanan orang she Toan itu, maka ia ingin memhebaskannya
dan kelak mengantarkannya kedaratan Tionggoan.
Tetapi kenyataannya sekarang bekas isterinya itu telah
menjadi isteri Toan Liang, dengan sendirinya ia berada dalam posisi yang agak
sulit.
Tidak bisa ia memaksa bekas isterinya itu meninggalkan Toan
Liang, bukankah bekas isterinya itu menyatakan sekarang ia mencintai Toan
Liang.
Akhirnya Lam Siang Cinjin yang mengalah.
la menyatakan, kalau memang bekas isterinya itu yang kini
telah menjadi nyonya Toan Liang, senang pada suaminya itu dan tanpa tekanan, ia
tidak akan mengganggu gugat lagi.
Persoalan dapat diselesaikan dengan baik.
Malam itu Toan Hongya telah tnenyelenggarakan pesta untuk
menghormati pendeta ini.
Tetapi Lam Siang Cinjin hanya tinggal beberapa hari diistana
kerajaan Tailie, karena ia akan segera melanjutkan perjalanannya kedaratan
Tionggoan.
Ketika Toan Hongya memaksa agar Lam Siang Cinjin menetap
beberapa lama lagi, pendeta itu hanya bersedia menghabiskan waktunya diistana
selama satu minggu.
Dan selama satu minggu itu cukup banyak yang diturunkan Lam
Siang Cinjin kepada Toan Hongya, baik ilmu tenaga dalam maupun ilmu silat.
Dan yang terpenting lagi, justru Toan Hongya telah menerima
petunjuk bagaimana harus melatih tenaga sinkang, hawa murni yang dimiliki
setiap manusia.
Dengan latihan tenaga sinkang seperti itu, Toan Hongya bisa
membangunkan tenaga dan semangatnya, sehingga ia bisa mempertinggi Iwekangnya.
Selang seminggu, Lam Siang Cinjin pamitan dan minta diri
untuk kembali kedaratan Tionggoan. Dan diwaktu itu Toan Hongya menghadiahkan
Lam Siang Cinjin berbagai benda dan harta. Namun semua itu telah ditolak oleh
pendeta tersebut.
la menyatakan, hatinya kini tenang dan senang, karena
mengetahui tahwa bekas isterinya ternyata hidup tidak menderita disisi Toan
Liang.
Sedangkan Toan Hongya telah perintahkan beberapa orang
panglima kerajaan untuk mengantarkan tamunya ini sampai ditapal batas. Namun
Lam Siang Cin jin menolaknya, karena pendeta itu menyatakan bahwa ia lebih
bebas melakukan perjalanan seorang diri.
Toan Hongya hanya berpesan, jika memang Lam Slang Cin jin
kebetulan melakukan perjalanan dinegeri Tailie agar singgah diistananya, dan
permintaan raja Tailie tersebut disanggupi oleh Lam Siang Cin jin, ia
menyatakan jika memang kebetulan lewat disekitar daerah Tailie, ia akan singgah
diistana Toan Hongya, untuk bertukar pikiran.
Begitulah, Toan Hongya dihari-hari selanjutnya telah melatih
diri dengan giat.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 23)
Tentang Penulis
- walkeduwal
- Kalisoka, Slawi, Tegal, Jawa Tengah, Indonesia